Ledakan dan kobaran api membuat suasana pagi berubah jadi kepanikan massal. Rumah-rumah warga porak poranda, jalanan penuh serpihan, dan tangisan keluarga korban mengiringi suasana duka yang mendalam.
Setahun setelahnya, hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap faktor penyebab kecelakaan. Kondisi flap dan slat yang tidak turun saat lepas landas menjadi pemicu utama. Komponen ini vital untuk menambah daya angkat pesawat ketika take-off.
“Untuk lepas landas, harus menggunakan flap dan slat. Kalau tidak digunakan dengan semestinya, ada potensi pesawat akan celaka,” kata anggota tim investigasi kasus pesawat Mandala Airlines, Prita Widjaya, dalam jumpa pers di Dephub, Jakarta, Kamis (12/10/2006).
Investigasi juga menemukan prosedur check list yang tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Bahkan, rekaman cockpit voice recorder (CVR) tidak menunjukkan adanya suara peringatan take off warning horn.
“Kita tidak mendengar penerbang melakukan check list. Padahal menurut aturan, check list itu harusnya ada,” ujar pilot senior Garuda, Soerjanto.
Kini, setiap kali tanggal 5 September tiba, warga Medan kembali diingatkan pada tragedi yang merenggut banyak jiwa, termasuk seorang gubernur yang dikenal dekat dengan masyarakatnya. Peringatan ini menjadi refleksi bahwa keselamatan penerbangan adalah harga mati yang tidak boleh diabaikan.