KESULITAN hidup Rizky Alvariz Siregar semakin bertambah dengan adanya kebijakan pemerintah yang meniadakan sekolah tatap muka. Pasalnya, dia tidak bisa belajar Daring karena tidak memiliki handphone (HP).
Hampir seluruh masyarakat di Kota Padangsidimpuan merasakan dampak pandemi COVID-19, tidak terkecuali Rizky. Saat ini, dia hanya bisa sekolah dua kali dalam satu minggu. Seluruh tugas-tugas sekolah hampir diberikan dan dikerjakan melalui HP. Padahal, dalam hitungan bulan, dia akan menamatkan sekolah ditingkat Sekolah Dasar (SD).
Tak jarang kata Rizky, dia tidak tahu ada pekerjaan rumah (PR) dari sekolah. Karena umumnya, para guru saat ini memberikan tugas rumah dari HP.”Sering saya tidak tahu ada PR dari ibu guru, karena tidak ada HP,”ungkap Rizky kepada LENSAKINI.
Pekerjaan rumah bisa dikerjakannya apabila masuk belajar tatap muka. Sebab, dia bisa langsung bertanya kepada rekan-rekan satu kelas atau guru yang mengajar di lokalnya.”Kalau sudah masuk saya tanya sama kawan atau guru,”ujarnya.
Sejak setahun yang lalu, dia sudah berniat untuk membuat tabungan. Namun, keinginannya belum terwujud karena dia Rizky tidak tahu cara untuk menabung.”Saya pernah menghubugungi petugas bank, tapi tidak pernah dijawab ketika ditelpon, makanya saya belum punya buku tabungan,”imbuhnya.Dia berharap ada seseorang yang bisa membukakan buku tabungan, sehingga dia bisa menabung untuk membeli HP.
Sekedar mengingatkan, Rizky Alvariz Siregar, seorang bocah pemungut kaleng bekas dari Sidimpuan yang berjuang untuk hidup dan sekolah.
Bocah yang tingggal di Lingkungan VII, Kelurahan Ujung Padang, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara, tiap malam mencari dan mengumpulkan kaleng bekas.













