Dalam persidangan, Irfan juga mengungkapkan rasa cintanya kepada Indonesia yang telah ia perjuangkan di lapangan hijau sejak usia 18 tahun.
Ia bercerita bagaimana ia mengorbankan darah dan keringat untuk mengharumkan nama bangsa, bahkan pernah mengalami cedera patah tulang saat bertanding.
“Saya terlalu mencintai negara ini. Sejak usia 18 tahun, saya telah berjuang untuk negara ini. Saya teteskan air mata, keringat, dan darah saya untuk negeri ini,” ujarnya sambil terisak.
Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan kesedihannya karena harus berpisah dengan istri dan ketiga anaknya yang masih kecil di Jakarta selama masa tahanan.
“Saya tinggalkan istri dan tiga orang anak masih kecil jauh di Jakarta. Tanpa nafkah, tanpa ada yang menjaga, dan sampai detik ini saya belum pernah bertemu dengan mereka karena jarak dan biaya,” lirihnya.
Irfan merasa dirinya hanyalah korban dalam kasus ini. Ia membandingkan nasibnya dengan pihak-pihak yang menurutnya mendapatkan keuntungan dari proyek tersebut tetapi tetap bebas.
“Apakah ini adil untuk saya? Saya hanya meminta keadilan, saya hanya meminta pertolongan, dan saya hanya meminta belas kasih majelis hakim,” ujarnya penuh harap.













