Pengiriman Pekerja Migran Sebagai Strategi Peningkatan Ekonomi Daerah yang Berkelanjutan

  • Bagikan

TAPANULI SELATAN-Pengiriman pekerja migran bukan sekadar solusi jangka pendek untuk mengatasi pengangguran, melainkan strategi ekonomi daerah yang memiliki dampak berkelanjutan bila dikelola secara sistematis.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Pemerhati Tenaga Kerja, Rudy Pribady kepada LENSAKINI.id. Ia mengatakan, peningkatan ekonomi daerah dapat dimulai dari peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan berbasis kompetensi di Balai Latihan Kerja (BLK).

Dalam pelatihan tersebut, kata Rudy, calon tenaga kerja dibekali keterampilan teknis sesuai kebutuhan negara tujuan seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan, serta kemampuan bahasa dan pemahaman budaya kerja internasional.

“Setelah melalui tahapan pelatihan dan sertifikasi, mereka diberangkatkan melalui jalur resmi untuk memastikan perlindungan hukum dan kepastian kerja,”ungkapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, umumnya, gaji pekerja migran asal Tapanuli Selatan berada di kisaran Rp15 juta hingga Rp25 juta per bulan, tergantung sektor dan negara penempatan.

Secara ekonomi, efek dari pengiriman pekerja migran bersifat langsung dan terukur. Bila suatu daerah mampu mengirim 500 pekerja migran dengan pendapatan rata-rata Rp15 juta per bulan, maka akan terjadi perputaran uang sekitar Rp7,5 miliar setiap bulan atau Rp90 miliar per tahun yang masuk ke daerah asal melalui belanja konsumsi, investasi keluarga, serta kegiatan sosial-ekonomi lainnya.

Namun, Rudy menekankan bahwa dampak sesungguhnya terlihat dalam jangka menengah. Berdasarkan simulasi ekonomi lokal, apabila daerah secara konsisten mengirim 500 pekerja migran per tahun selama lima tahun berturut-turut, dengan asumsi rata-rata pertumbuhan pendapatan 3% per tahun dan efek pengganda ekonomi (multiplier effect) sebesar 1,8 kali, maka total nilai ekonomi yang berputar di masyarakat dapat mencapai lebih dari Rp540 miliar selama lima tahun.

“Dalam konteks akademik, efek berantai ini sangat signifikan. Uang yang dikirim tidak berhenti di tingkat konsumsi rumah tangga, tetapi mengalir ke sektor-sektor produktif seperti UMKM, pertanian modern, perdagangan, dan pembangunan infrastruktur desa. Secara agregat, hal ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah hingga 10–12% per tahun,” jelas Rudy dengan nada optimistis.

  • Bagikan