Tak Kuat Berjalan 500 Kilometer, Jenderal Kopassu ini Gagal dapat Brevet Komando

  • Bagikan

JAKARTA – Latihan komando merupakan sebuah tahapan awal yang harus dilalui setiap prajurit yang akan bergabung dengan satuan elite. Secara etimologi, komando bisa didefinisikan sebagai prajurit yang dilatih secara khusus untuk beroperasi dalam satuan infanteri ringan atau unit satuan khusus, yang mampu digerakkan dalam operasi pendaratan amfibi atau dari udara (parachuting).

Dikutip dari SINDONEWS, pendidikan komando bertujuan untuk mendidik dan mengembangkan kemampuan prajurit sehingga baik secara individu dan kelompok melaksanakan operasi komando. Di lingkungan militer, komando juga dipahami sebagai unit tempur, jalur hirarki, atau bentuk perintah.

Pendidikan komando diakhiri di Nusakambangan, Cilacap. Sebelum upacara pembaretan, selalu diadakan demo penutup dari siswa komando yang disaksikan para undangan dan keluarga siswa. Kopassus menyebut demo saat matahari terbit ini dengan Seruko (Serangan Regu Komando).

Setelah menyelesaikan pendidikan komando dan para dasar serta berhak menyandang brevet komando dan baret merah, mereka disebar di unit-unit operasional Kopassus, yaitu Grup.

Di Grup ini, pada tahap awal mereka akan melaksanakan orientasi untuk mendapatkan gambaran tugas, nilai-nilai, dan tradisi satuan barunya. Walau sudah tahu risikonya, tidak ada yang bisa menghalangi pentolan Kopassus Letjen (Purn) Soegito untuk mengikuti pendidikan komando. Salah satu alasannya cukup sepele, ingin sekali di lengan kanan bajunya ada tulisan Komando.

Sehingga apa pun yang akan terjadi selama masa pendidikan, akan dihadapinya tanpa perasaan gentar. Dikutip dari buku “Letjen (Purn) Soegito, Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen”, Jumat (29/7/2022), pendidikan komando dimulai di Batujajar pada Februari 1965. Soegito kembali bertemu dengan kelompok yuniornya dari AMN (Akademi Militer Nasional) 63 yang baru pulang dari Operasi Tumpas di Sulawesi Selatan.

Masih dari SINDONEWS, sebanyak 15 orang perwira remaja alumni 63 mengikuti pendidikan komando. Letjen (Pur) Sintong Panjaitan dalam bukunya Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009) menyebutkan, bahwa mereka adalah angkatan pertama alumni AMN yang mengikuti pendidikan dasar komando yang sebetulnya adalah kali kedua bagi lulusan AMN.

  • Bagikan