3. India – 175.025 Kuota Jemaah
India, dengan populasi sekitar 200 juta muslim, memperoleh 175.025 kuota haji. Meskipun mayoritas penduduknya beragama Hindu, India memiliki komunitas muslim terbesar ketiga di dunia.
Pelaksanaan haji di India dikelola oleh Komite Haji India (Haj Committee of India) yang beroperasi di bawah pengawasan pemerintah pusat. Pemerintah bahkan menyediakan subsidi haji bagi warga kurang mampu agar tetap dapat menunaikan rukun Islam kelima ini.
Meski birokrasi haji di India cukup kompleks, berbagai lembaga sosial dan organisasi Islam turut membantu calon jemaah agar proses pendaftaran dan perjalanan berjalan lancar.
4. Bangladesh – 127.198 Kuota Jemaah
Bangladesh menempati posisi keempat dengan 127.198 kuota jemaah. Negara ini memiliki sekitar 150 juta muslim, atau sekitar 90% dari total penduduk.
Tingginya minat beribadah membuat permintaan haji di Bangladesh selalu melampaui kuota yang tersedia. Pemerintah setempat telah mengembangkan program pelatihan pra-keberangkatan, pemeriksaan kesehatan, dan bimbingan keuangan bagi para calon jemaah.
Karena faktor ekonomi, banyak warga Bangladesh menabung selama bertahun-tahun untuk biaya haji. Pemerintah juga menjalin kerja sama erat dengan otoritas Arab Saudi untuk memastikan fasilitas dan keamanan bagi jemaah yang sebagian besar baru pertama kali bepergian ke luar negeri.
5. Nigeria – 95.000 Kuota Jemaah
Sebagai negara dengan populasi terbesar di Afrika, Nigeria memperoleh 95.000 kuota haji pada 2025. Dari sekitar 220 juta penduduk, diperkirakan lebih dari 95 juta di antaranya beragama Islam.
Operasional haji Nigeria diatur oleh Komisi Haji Nasional Nigeria (NAHCON), bekerja sama dengan pemerintah daerah dan otoritas Saudi. Negara ini menghadapi tantangan logistik karena keberagaman etnis dan tingkat ekonomi masyarakat yang berbeda-beda.
Untuk itu, Nigeria mengembangkan program orientasi pra-keberangkatan yang mencakup pelatihan manasik, penukaran mata uang, hingga panduan kesehatan agar jemaah siap menghadapi kondisi di Tanah Suci.
6. Iran – 87.550 Kuota Jemaah
Iran mendapat jatah 87.550 kuota haji. Negara ini didominasi oleh Muslim Syiah dan memiliki hubungan diplomatik yang fluktuatif dengan Arab Saudi. Meski demikian, kedua negara tetap menjaga kerja sama dalam penyelenggaraan haji.
7. Aljazair – 41.300 Kuota Jemaah
Aljazair, dengan populasi sekitar 41 juta Muslim, memperoleh 41.300 kuota. Pemerintah Aljazair dikenal memiliki manajemen haji yang efisien, memanfaatkan kedekatan bahasa dan budaya Arab yang mempermudah komunikasi dengan otoritas Saudi.
Letak geografis yang relatif dekat dengan Arab Saudi juga menjadikan biaya perjalanan haji dari Aljazair lebih terjangkau dibandingkan negara-negara di Asia.
8. Turki – 37.770 Kuota Jemaah
Turki mendapat 37.770 kuota haji, melayani populasi Muslim yang mencapai hampir seluruh penduduknya, sekitar 84 juta orang. Sebagai negara yang pernah menjadi pusat Kekhalifahan Utsmaniyah, Turki memiliki tradisi panjang dalam penyelenggaraan haji.
Pemerintah Turki menyediakan sistem pendukung modern, seperti penerbangan carter khusus, layanan asuransi haji, serta akomodasi dengan standar tinggi. Dengan dukungan ekonomi yang kuat, jemaah Turki dikenal mendapatkan pengalaman haji yang sangat nyaman.
9. Mesir – 35.375 Kuota Jemaah
Mesir menerima 35.375 kuota haji. Negara ini merupakan pusat pembelajaran Islam dunia melalui Universitas Al-Azhar yang sangat berpengaruh. Dengan populasi Muslim mencapai 95 juta jiwa, Mesir memegang peran penting dalam diplomasi Islam global.
Pemerintah Mesir menjaga hubungan erat dengan Arab Saudi untuk memastikan pelaksanaan haji berjalan lancar. Banyak jemaah Mesir juga berperan sebagai pemandu atau penerjemah bagi jamaah dari negara lain berbahasa Arab.
10. Sudan – 32.000 Kuota Jemaah
Sudan melengkapi daftar ini dengan 32.000 kuota haji, meskipun negara ini tengah menghadapi tantangan politik dan ekonomi yang berat. Sekitar 97% dari 40 juta penduduknya adalah muslim.
Kendati menghadapi keterbatasan ekonomi, semangat warga Sudan untuk berhaji sangat tinggi. Banyak di antara mereka yang menabung selama bertahun-tahun atau bergantung pada dukungan komunitas untuk mewujudkan perjalanan spiritual ini.
Pemerintah Sudan bekerja sama dengan berbagai organisasi Islam untuk memastikan keberangkatan jemaah tetap berjalan, meskipun dalam kondisi negara yang penuh tantangan.


							










