Ratusan pemain berdatangan dari berbagai penjuru negeri dari Medan hingga Makassar.
“Dalam sehari, omzetnya bisa menghasilkan setoran pajak hingga puluhan juta rupiah ke pemerintah. Jika dikonversikan ke nilai sekarang, pendapatan hari pertama setara Rp 200 miliar,” tulis harian Kompas dalam edisi 23 November 1967.
Dana dari aktivitas judi legal itu tak dibiarkan menguap. Ali Sadikin langsung menggunakannya untuk membangun jembatan, sekolah, rumah sakit, hingga fasilitas umum lainnya.
Dalam kurun waktu 10 tahun, anggaran DKI Jakarta melonjak drastis, dari puluhan juta menjadi Rp 122 miliar pada 1977.
Namun, kejayaan kasino Glodok tak berlangsung lama. Pada 1974, pemerintah pusat menerbitkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 yang secara nasional melarang segala bentuk perjudian.
Kasino resmi di Jakarta pun ditutup. Meski begitu, jejak sejarahnya tetap meninggalkan cerita unik bahwa Jakarta modern pernah dibangun dari “cuan kilat” meja judi.













