“Banyak ahli dan cendekiawan terkejut mendengar bahwa kami berjumlah lebih dari 10 juta, dan termasuk di antara tiga kelompok etnis terbesar di China,” imbuhnya.
“Laporan ini menandai tempat mereka dalam sejarah dunia, dan mengenang penderitaan mereka,” kata Ma, yang mendirikan kelompok hak asasi Umbrella of Hope untuk mengkampanyekan hak asasi etnis Hui dari Amerika Serikat.
Dia mengatakan genosida yang saat ini dilakukan terhadap orang-orang Uighur telah terjadi sebelumnya di Hui, setelah reformasi agama Partai Komunis tahun 1958.
“Sekarang mereka akan menghapus sisa-sisa budaya kita yang masih tersisa,” kata Ma.
Ma mengatakan gelombang Islamofobia global yang muncul bersamaan dengan “perang melawan teror” AS setelah serangan teror 9/11 juga telah memicu rasisme anti-Muslim di China.
Sementara itu Serikjan Bilash, yang mendirikan kelompok HAM Atajurt yang berbasis di Kazakhstan, mengatakan pihak berwenang di Prefektur Otonomi Ili Kazakh telah melakukan “penahanan massal” terhadap tokoh agama di wilayah tersebut selama beberapa hari terakhir.
“Sebagian besar dari orang-orang ini telah menjalani hukuman berat,” katanya. “Tahun ini, target penangkapan oleh Partai Komunis China adalah orang-orang yang telah menghabiskan dua hingga tiga tahun di kamp konsentrasi di Xinjiang,” ungkapnya.
“Sumber (memberi tahu Atajurt) bahwa mereka dikirim ke provinsi lain di China, atau ke penjara rahasia di Xinjiang,” ungkapnya.
Serikjan juga mengungkapkan sekolah-sekolah di Ili juga memanfaatkan anak-anak untuk mendapatkan informasi tentang ketaatan beragama orang tua mereka.













