


Perlahan-lahan, tangan mungil Atta memegang kayu yang dijadikan tangga untuk memanjat. Langkahnya juga harus ekstra hati-hati, karena anak tangga tersebut sudah using dan bisa membahayakan dirinya.
Namun, animo Atta untuk pergi ke sekolah tidak surut meski dia harus memanjat tembok yang bisa membahayakan dirinya. Dia hanya bisa menangis ketika sejumlah wartawan menjumpainya.
Tetes air mata Atta terlihat jatuh di pipinya. Sembari menghapus air mata, Atta berharap kepada seluruh elemen masyarakat, terutama pemerintah, agar membantu untuk membuka tembok yang saat ini menutup akses ke rumahnya.
“Saya harap kepada seluruh masyarakat Padangsidimpuan, terutama pemerintah, agar bisa membantu sehingga tembok ini bisa dibuka dan kami bisa pergi ke sekolah tanpa memanjat,”tandasnya. (UA)













