Ketua MD Kahmi Padangsidimpuan, Pertama Yul Asmara Pane, menerangkan, refleksi yang dilaksanakan ini pun tujuannya agar semua kegiatan dari tahun 1962 hingga periode saat ini dapat terdokumentasi kembali.
“Tim editor akan menuangkan data dari abang-abang dan kakak, agar disusun dalam buku berjudul ‘HMI Tariada di Tanah Kelahiran Lafran Pane’,” ungkapnya.
Menurut laporan panitia Marakali Harahap, Kahmi telah menghubungi kembali ketua-ketua umum HMI Padangsidimpuan sejak tahun 1962 hingga periode saat ini. Dan yang dapat didata bahkan sudah mencapai 50 persen dari kader HMI sejak tahun-tahun awal.
Ketua MW Kahmi Sumatra Utara yang diwakili Khoiruddin Nasution menyambut baik, dengan rencana penyusunan buku ini. Sebagai mantan ketua MD Kahmi Padangsidimpuan, ia pun berpesan agar Yayasan Bina Insani yang menaungi Gedung Bina Insani sebagai markas Kahmi dan HMI Padangsidimpuan agar segera direstrukturisasi.
“Yayasan Bina Insani pengurusnya sekarang tinggal saya dengan Bang Jusar Nasution. Dan yayasan ini penting, sebagai lembaga yang mendirikan markas bagi organisasi, termasuk nanti pada perawatannya juga dengan sejarahnya di sana. Dan ini yang ketiga di Indonesia selain Graha Insan Cita di Jakarta dan Jogjakarta,” ungkap doktor bidang politik itu saat membuka lokakarya.
Semiloka yang dihadiri sejumlah mantan ketua dan pengurus HMI Padangsidimpuan ini, ditutup dengan sumbangan sejumlah buku tulisan Buya Mas’oed Abidin. Salah satunya berjudul; Halakah Surau.













