Perang dagang AS-China memberikan pelajaran berharga bahwa kekuatan ekonomi global bukan lagi soal siapa yang memiliki kekuatan militer atau dominasi teknologi, tetapi siapa yang bisa menavigasi kebijakan perdagangan global dengan cerdas.
Dalam konteks ini, Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan kapasitas diplomasi ekonominya. Penting bagi Indonesia untuk terus membangun jaringan ekonomi yang lebih luas, tidak hanya dengan AS dan China, tetapi juga dengan blok-blok perdagangan seperti Uni Eropa, ASEAN, hingga negara-negara Afrika yang sedang tumbuh.
Diplomasi dagang yang dinamis dan adaptif adalah kunci agar kita tidak hanya menjadi penonton di panggung konflik global, tetapi juga pemain yang menentukan arah permainan.
Dalam dunia politik global, ‘melunak’ bukan selalu tanda kekalahan. Kadang, itu adalah bagian dari strategi yang lebih besar. Trump mungkin tampak melunak, tetapi bisa saja ini bagian dari langkah kalkulatif untuk mendorong China ke sudut negosiasi. Di sisi lain, China tentu tak akan tunduk begitu saja.
Yang jelas, dunia tengah menyaksikan drama ekonomi yang melibatkan dua kekuatan besar. Di tengah ketegangan ini, negara-negara seperti Indonesia harus tetap tenang, cermat, dan siap memanfaatkan setiap celah untuk memperkuat posisi mereka dalam peta perdagangan global yang terus berubah.
Ditulis oleh Kurnia Faizatul Muna Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta
