PADANGSIDIMPUAN-Penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel), Hairul Iman Hasibuan mengungkapkan, mahasiswa harus mampu menyaring informasi di tengah maraknya hoaks.
Pria yang berprofesi sebagai dosen itu juga menekankan pentingnya kemampuan literasi media bagi mahasiswa untuk menghadapi maraknya hoaks, misinformasi, dan informasi provokatif yang beredar luas di media sosial.
Kegiatan pengenalan jurnalistik bertema “Mahasiswa dan Tantangan Literasi Media di Era Informasi Cepat digelar di Emerald Hall Hotel Mega Permata Kota Padangsidimpuan, Sabtu (15/11).
Pemateri Hairul Iman juga menyampaikan bahwa masyarakat sering menjadi korban informasi palsu karena kurang melakukan pengecekan sumber.
“Di media sosial kita sering melihat berita bohong yang tidak sesuai fakta. Contohnya pernah muncul kabar palsu tentang pesepakbola Kylian Mbappé yang diklaim meninggal dunia lengkap dengan video menyesatkan. Padahal informasinya tidak benar,” ujar Iman.
Ia juga mencontohkan hoaks internasional lain mengenai Michael Jackson yang disebut masih hidup, serta fenomena viral cahaya terang di langit yang diklaim sebagai ‘pesawat alien’. Menurutnya, narasi seperti itu mudah menyebar karena sebagian masyarakat menerima informasi berdasarkan keyakinan tanpa melakukan verifikasi.
“Informasi seperti itu tidak hanya dibahas di luar negeri, tetapi juga sampai ke daerah. Ini menunjukkan betapa dahsyatnya penyebaran berita bohong,” katanya.
Selain hoaks, Iman turut menyoroti misinformasi—yakni penyebaran informasi keliru tanpa adanya niat jahat. Ia mengingatkan tentang pesan berantai lama terkait penjaga makam Nabi Muhammad yang disebut memperingatkan datangnya kiamat, yang masih ditemukan beredar melalui selebaran maupun media sosial.
“Ini pelajaran penting mengenai perlunya verifikasi. Satu informasi yang tidak dicek bisa berdampak luas dan meresahkan masyarakat,” ujar Iman juga salah satu Dosen di UIN Syahada Padangsidimpuan.













